Tuesday, August 5, 2025
Google search engine
HomeberitaAkar Pahit, Buah Kekacauan

Akar Pahit, Buah Kekacauan

Kepahitan yang Menyelimuti Jiwa

Dalam perjalanan hidup, setiap orang pasti mengalami luka dari ucapan atau sikap orang lain. Luka tersebut bisa jadi hanya sebatas rasa sedih, tetapi jika tidak diatasi, luka itu akan berkembang menjadi kepahitan. Seperti akar yang tumbuh dalam tanah, kepahitan ini tidak terlihat namun secara perlahan merusak dari dalam.

Saya sendiri pernah mengalami hal ini, dan mungkin juga kamu mengalaminya. Awalnya, rasa kecewa dan kesal muncul, lalu berubah menjadi marah. Jika tidak dilepaskan, rasa marah itu bisa berkembang menjadi rasa benci, dendam, iri hati, dan lain sebagainya. Dampak dari kepahitan sangat besar karena membuat kita mulai membangkang, menjauhi orang-orang yang peduli, dan hidup kita dikendalikan oleh rasa sakit yang dulu dialami.

Kepahitan seperti racun yang tersimpan dalam diri. Saya pernah menyadari bahwa menyimpan rasa pahit sama saja dengan membiarkan racun menggerogoti jiwa. Seorang konselor pernah mengatakan bahwa kepahitan bisa menyebabkan penyakit seperti kanker atau depresi. Ia juga menegaskan bahwa kepahitan adalah penjara yang menghambat pertumbuhan hidup menuju arah yang lebih baik.

Dari pengalaman pribadi, saya menyadari bahwa kepahitan membuat seseorang selalu curiga terhadap orang lain. Mereka mudah tersinggung dan cenderung menyakiti orang lain. Kepahitan juga berpotensi merusak karakter serta kehidupan rohani, bahkan menjauhkan kita dari Tuhan. Akibatnya, tidak ada lagi damai, sukacita, kasih, dan pengampunan dalam hidup.

Dengan demikian, kepahitan yang disimpan dalam hati dapat membawa seseorang ke dalam kegelapan. Kegelapan ini bisa berarti kehilangan ketenangan, kebahagiaan, dan arah hidup. Oleh karena itu, penting untuk melepaskan kepahitan dengan cara mengampuni.

Pengampunan bukan berarti kita menoleransi kesalahan orang lain. Namun, kita juga pernah melakukan kesalahan. Jika mereka sadar bahwa tindakan mereka salah dan merugikan diri sendiri maupun orang lain, pasti mereka tidak akan memilih melakukan hal demikian. Mengampuni dan melepaskan adalah langkah awal untuk sembuh dan pulih kembali.

Belajar tenang dan bijak dalam bertindak adalah bagian dari proses penyembuhan. Ketika saya melalui proses ini, akhirnya saya merasa bahagia dan tenang. Saya belajar mengenal diri sendiri, menerima keadaan, serta menerima orang lain. Meski melepaskan pengampunan dan menerima keadaan tidak mudah, itu bukan berarti tidak mungkin dilakukan.

Dengan pertolongan Tuhan, kita bisa berdamai dengan diri sendiri, termasuk masa lalu. Kita belajar menerima semua yang terjadi sebagai pelajaran hidup. Karena itu, mari bebaskan hati dari kepahitan. Belajar mengampuni, menerima keadaan, dan jadikan setiap peristiwa sebagai pelajaran untuk menjadi lebih dewasa.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments