Monday, August 4, 2025
Google search engine
HomeberitaMelihat Kinerja Bank Daerah yang Terlibat Kasus Sritex

Melihat Kinerja Bank Daerah yang Terlibat Kasus Sritex

Kasus Korupsi Kredit di Sritex: Dugaan Penyimpangan yang Menyeret Bank Daerah

Kasus dugaan korupsi pemberian kredit yang melibatkan PT Sri Rejeki Isman Tbk. alias Sritex terus berlanjut dan menarik perhatian publik. Sejumlah bankir yang pernah menjabat di beberapa bank daerah kini menghadapi proses hukum akibat dugaan penyimpangan dalam pemberian kredit kepada perusahaan tekstil raksasa tersebut.

Dalam pengusutan kasus ini, terdapat dua klaster penyidikan yang sedang ditangani. Klaster pertama berkaitan dengan pemberian kredit dari bank daerah seperti Bank DKI (sekarang Bank Jakarta), Bank Jabar Banten (BJB), hingga Bank Jateng. Sedangkan klaster kedua terkait dengan pemberian kredit dari bank pelat merah seperti BNI, BRI, dan LPEI.

Total kerugian negara dalam perkara ini ditaksir mencapai Rp1,08 triliun. Kerugian tersebut berasal dari pemberian kredit dari Bank DKI (sekarang Bank Jakarta) sebesar Rp149 miliar; Bank BJB sebesar Rp543 miliar; dan Bank Jawa Tengah (Jateng) sebesar Rp395 miliar. Dalam penyidikan klaster pertama, penyidik telah menetapkan 11 tersangka, termasuk tiga mantan bos bank BPD yaitu eks Dirut Bank DKI Zainuddin Mappa (ZM), eks Dirut Bank BJB Yuddy Renaldi (YR), dan eks Dirut Bank Jateng Supriyatno (SP). Selain itu, Eks Dirut Sritex Iwan Setiawan Lukminto (ISL) juga ditetapkan sebagai tersangka.

Penyidikan klaster kedua terkait dengan pemberian kredit sindikasi dari BNI, BRI, dan LPEI. Dugaan penyimpangan dalam pemberian kredit ini berujung pada kredit macet setelah perusahaan mengalami gagal bayar dan mengajukan restrukturisasi utang di pengadilan.

Kinerja Keuangan Bank-Bank Terlibat dalam Kasus Sritex

Bank Jakarta (Bank DKI) mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahun berjalan sebesar 14,86% menjadi Rp215,34 miliar pada kuartal pertama 2025. Pendapatan bunga perseroan meningkat 4,15% menjadi Rp1,41 triliun. Meski pendapatan bunga dipengaruhi beban bunga sebesar Rp710,15 miliar, pendapatan bunga bersih mencapai Rp708,73 miliar.

Perusahaan juga mencatatkan kerugian dari penurunan nilai wajar aset keuangan sebesar Rp1,04 triliun, turun 45,88% dari Rp1,93 triliun pada kuartal I/2024. Rasio kredit macet (NPL) gross Bank Jakarta mencapai 2,74% sampai akhir Maret 2025, naik dari 2,01% pada Maret 2024.

Bank BJB mencatatkan laba bersih sebesar Rp398,41 miliar hingga kuartal I/2025, naik 9,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan bunga Bank BJB meningkat 11,1% menjadi Rp4,27 triliun. Perseroan juga berhasil menekan kerugian penurunan aset menjadi Rp115,08 miliar, serta komisi/provisi dan administrasi menjadi Rp373,84 miliar.

Bank Jateng menorehkan laba bersih sebesar Rp350,94 miliar, tumbuh 31,12% secara tahunan dari Rp267,64 miliar. Pendapatan bunga Bank Jateng meningkat 13,49% menjadi Rp1,89 triliun. Margin bunga bersih meningkat dari 4,97% menjadi 5,44%. Rasio NPL gross Bank Jateng berada di level 3,87%, sedangkan NPL net berada di 0,20%.

Perkembangan Kredit dan Pembiayaan Syariah

Penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jakarta mencapai Rp52,23 triliun, tumbuh 3,36% YoY. Sementara itu, Bank Jateng menyalurkan kredit sebesar Rp63,58 triliun, dengan kredit konvensional menyumbang Rp59,55 triliun dan pembiayaan syariah tumbuh 13,90% menjadi Rp4,03 triliun.

Kasus ini menunjukkan pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit agar tidak terjadi kerugian besar bagi negara dan masyarakat. Proses hukum yang sedang berlangsung diharapkan dapat memberikan keadilan dan mencegah terulangnya praktik serupa di masa depan.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments